Kelompok KSST Noktah
Berawal
dari hubungan antar pertemanan antara Syuhendri, Yusrizal KW dan Zurmailis yang
sering bertemu dalam kegiatan-kegiatan kesenian di Taman Budaya Sumatera Barat,
mereka lalu berinisiatif untuk dapat membuat sebuah kelompok seni. Kelompok yang
dapat menaungi ekpresi berkesenian mereka pada waktu itu.
Komitmen awal dalam pembentukan kelompok ini, didasari pada sikap untuk saling belajar bersama-sama bermodalkan semangat, kemauan dan kesadaran, bahwa teater penting untuk di hidupi. Selain
itu, dengan kelompok ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap perkembangan teater
Sumatera Barat
dan membentuk kemandirian personal
untuk dapat menyutradarai pertunjukan teater. Dari harapan tersebutlah
lahir motto dari kelompok ini; ”menyelami sastra dan teater dengan sederhana
dan penuh keakraban”. Hal ini dapat dipahami, bahwa Syuhendri memiliki latar
belakang teater, sedangkan Yusrizal KW dan Zurmailis memiliki latar belakang
penulisan sastra.
Nama
kelompok teater ini, kemudian disepakati diberi nama Kelompok Studi Sastra Teater Noktah (disingkat menjadi KSST). Menurut
Syuhendri, kata noktah merujuk sebagai sebuah titik, yang diharapkan akan mencipta menjadi garis dan dari
garis inilah akan mencipta sebagai bentuk. KSST
Noktah, dimaknai sebagai sebuah titik yang
diharapkan akan memberi warna dalam peta teater Indonesia yang luas terutama
peta teater di Sumatera Barat. Menurut Syuhendri dalam wawancara yang dilakukan
penulis, konsep makna noktah sama dengan konsep Nutfah di dalam Islam bagaimana ia memandang bahwa berkesenian ini
sama dengan konsep penciptaan tubuh manusia yang berasal dari bentuk yang terkecil.
Bagi
para pendirinya, Syuhendri, Yusrizal KW dan Zurmailis, kehadiran kelompok ini diharapkan, tidak memisahkan proses
pembelajaran antara sastra dan teater. Selain itu, kelompok ini menerima segala kritikan yang
membangun dan tetap mengapresiasi kemungkinan-kemungkinan baru bentuk penyutradaraan dan pemeranan yang berkembang
demi kemajuan kelompok
Dengan berdirinya kelompok teater KSST
Noktah, bagi mereka
yang saat itu masih muda dalam aktifitas kesenian teater kota Padang, pendirian
kelompok adalah cara untuk dapat mewujudkan ekpresi
berkesenian, agar dapat
diakui dalam suasana perteateran di
Sumatera Barat. Proses ini kiranya sejalan dengan pemikiran Cooley dalam
Abdulsyani
(1994) yang menyatakan bahwa kelemahan manusia selalu
mendesak untuk mencari kekuatan bersama, melalui cara berserikat dengan orang
lain, sehingga dapat berlindung bersama-sama dan dapat memenuhi kebutuhan
kehidupan sehari-hari dengan usaha bersama. Keadaan demikian itu pada akhirnya
mendorong setiap individu untuk tidak terlepas dari hidup berkelompok dan
bermasyarakat.
Pada awal berdiri, kelompok ini beranggotakan berbagai latar belakang
profesi seperti para pelajar, mahasiswa, kernet mobil, agen bus di
terminal, dan ibu rumah.[1] Beragamnya latar belakang anggota tersebut membuat Syuhendri, Zurmailis dan
Yusrizal KW berusaha menanamkan nilai-nilai kekeluargaan
dan rasa kebersamaan dalam berbagai cara,
untuk mengeratkan hubungan emosinil para anggota. Cara yang dilakukannya seperti; memasak bersama dan
makan bersama, kemudian ketika ada anggota yang sakit dijenguk bersama-sama. Hal lain yang dilakukan untuk
mempererat hubungan antara para anggota adalah menjadikan Taman Budaya sebagai
pusat tempat berkumpul dan latihan bagi anggotanya tersebut. Hal ini serupa
dengan kondisi beberapa kelompok kesenian lainnya yang juga menjadikan Taman
Budaya sebagai tempat berkumpul dan latihan. Namun, karena salah satu pendiri
KSST Noktah ini, yaitu Syuhendri sebagai pegawai Taman Budaya membuat kelompok
KSST Noktah lebih memiliki akses untuk mempergunakan ruangan yang ada, baik itu
dipergunakan sebagai tempat latihan maupun sebagai sekretariat
Untuk memperkuat pengetahuan dan kemampuan dalam
berteater, Syuhendri yang merupakan sutradara dan pendiri di KSST Noktah
memutuskan untuk mendapatkannya di perguruan tinggi. Pilihannya tersebut
disebabkan juga karena sokongan dari beberapa teman seperti Zurmailis dan
Yusrizal KW. Alasan lainnya adalah kemudahan untuk mendapatkan bantuan
pendidikan lebih mudah bagi Syuhendri karena statusnya sebagai PNS di Taman
Budaya Sumatera Barat. Setelah mengurus berbagai persyaratan yang dibutuhkan,
akhirnya Syuhendri kemudian meneruskan pendidikan pascasarjana minat penciptaan seni teater di
pascasarjana Institut Seni Yogyakarta angkatan tahun 2007/2008. Selama dua tahun bersentuhan dengan pendidikan seni
teater di Pascarjana Intitut Seni Indonesia Yogyakarta, telah membukakan jalan baginya untuk semakin memantapkan diri untuk mengangkat kearifan lokal Minangkabau dalam garapan-garapanya.
Pemahaman Syuhendri terhadap
tradisi dalam konteks teater ini, sejalan dengan
pernyataan W.S Rendra (1984) yang menyatakan, bahwa tradisi ialah kebiasaan
yang turun-temurun dalam sebuah masyarakat. Ia merupakan kesadaran kolektif
sebuah masyarakat. Sifatnya luas sekali, meliputi segala kompleks kehidupan,
sehingga sukar disisih-sisihkan dengan pemerincian yang tetap dan pasti.
Terutama sulit sekali diperlakukan serupa itu karena tradisi itu bukan obyek
yang mati. Melainkan alat yang hidup untuk melayani manusia yang hidup pula. Ia
bisa disederhanakan, tetapi kenyataannya tidak sederhana.
Lewat karya-karyanya yang mempergunakan unsur-unsur tradisi tersebut, ia
akhirnya menemukan pencerahan pribadi. Sehingga memilih untuk terus
mempergunakan unsur tradisi Minangkabau dalam garapan-garapan selanjutnya.
Terjaganya intensitas kelompok teater KSST Noktah dalam berkarya dan
berkelompok selama ini tentu saja tidak
lepas juga atas peran sesama anggotanya yang saling menjaga keharmonisan di
dalam kelompok. hal ini jugalah yang menyebabkan kelompok teater KSST Noktah
tidak pernah memiliki aturan yang mengikat bagi seorang aktor harus tunduk
dalam satu kegiatan kelompok saja. Syuhendri secara pribadi memberikan
kebebasan ini, karena ia belum dapat memberikan
sesuatu harapan secara ekonomi yang dapat membuat anggota terikat dan melakukan
totalitas kerja dalam satu manajemen yang terorganisir. Setiap anggota di dalam
KSST Noktah boleh tetap beraktifitas di dalam kelompok masing-masing anggota, seperti kegiatan penulisan sastra ataupun bidang lainnya yang ditekuni
anggota. Hal ini disebabkan, anggota KSST Noktah masih ada yang berstatus sebagai mahasiswa.
Sebagai
sebuah kelompok yang tidak menerapkan manajemen modern, KSST Noktah selalu
mengandalkan anggota yang terus berganti untuk terlibat di dalam setiap proses
berkarya. Tidak ada posisi khusus yang diberikan kepada anggota untuk tetap
berada di tim produksi ataupun tim artistik, semua anggota boleh saling
bergantian mengisi jabatan tersebut, selama masih bisa bertahan di kelompok untuk terlibat bersama. Karena itulah, KSST
Noktah selalu merasakan, seperti yang diungkapkan oleh Syuhendri, bahwa kendala
yang dialami oleh kelompok teater di Sumatera Barat selalu sama, begitu juga
terhadap KSST Noktah. Bahwa, ketiadaan aktor yang permanen dan bertahan lama
untuk bergabung, setelah berproses beberapa garapan, mereka keluar dan
digantikan dengan anggota baru kembali. Akibatnya, setiap sutradara tentu
memulai kembali dari nol untuk melatih keaktoran anggotanya sewaktu akan
berproses. Dan, persoalannya begitu besar menghadang sewaktu akan menggarap sebuah
naskah menjadi sebuah pertunjukan, karena tidak sebentarnya waktu untuk
membentuk anggota baru tersebut. Hal tersebut, juga dialami oleh KSST Noktah.[2]
Untuk
manajemen kelompok, pengelolaannya sangat jauh dari ideal. Program kegiatan yang dilakukan masih
dilakukan oleh Syuhendri secara pribadi,
baik itu dari perencanaan maupun persiapan produksi. Selain itu, kurangnya
dokumentasi pertunjukan semenjak tahun 1993, berupa; foto, artikel, dan video
pertunjukan memperlihatkan buruknya pengelolaan kelompok ini. Seperti halnya
dengan beberapa kelompok teater yang ada di Sumatera Barat, peningkatan jumlah
pementasan yang dihasilkan, tidak diiringi dengan upaya-upaya pendokumentasian
setiap kegiatan dan produksi yang pernah dilakukan.
Karya-karya yang dihasilkan oleh
Syuhendri.
Semenjak berdiri tahun 1993 hingga tahun
2011 ini KSST Noktah merupakan kelompok teater yang memiliki konsistensi dalam
berkarya, berbeda
sekali dengan beberapa kelompok teater lainnya , yang hanya puas dengan mementaskan
beberapa karya, kemudian kelompok tersebut tidak terdengar lagi kiprahnya di
jagat teater Sumatera Barat. Karya-karya yang disajikan KSST
Noktah semenjak berdirinya kelompok,
merupakan karya yang diciptakan bersama para anggota-anggota yang terus
silih berganti menggerakkan kelompok ini.
Karya-karya yang
telah dihasilkan antara lain;
Pertunjukan teater berjudul “Interogasi”.
Pertunjukan ini menggunakan
lakon realis dari penulis Arifin C Noer, penulis berkebangsaan Indonesia yang
terkenal dengan kelompok Teater Kecil.Sebagai pertunjukan perdana, kelompok
KSST Noktah menampilkan pertunjukan ini selama tiga hari, dari tanggal 8,9,10
Agustus 1994. Pertunjukan
ini,
sekaligus menjadi peresmian berdirinya KSST Noktah. Namun sayangnya, dokumentasi
berupa tulisan yang mengulas pertunjukan ini sudah tidak dapat ditemukan
kembali, hal tersebut diakui oleh Syuhendri sebagai sutradara ketika ditelusuri
oleh penulis.
Pertunjukan teater berjudul “Orkes
Madun”.
Pertunjukan ini menggunakan lakon realis dari
penulis Arifin C Noer, penulis berkebangsaan Indonesia yang terkenal dengan
kelompok Teater Kecil.
Pertunjukan ini kembali disutradarai oleh Syuhendri dan ditampilkan di Gedung
Teater Tertutup Taman Budaya Padang. Pertunjukan ini menurut Syuhendri,
seingatnya dipentaskan pada bulan Juni tahun 1995 dan kembali tampil dalam
waktu tiga hari. Sebagai pertunjukan kedua dari KSST Noktah, kelompok ini tetap
belum dapat mendokumentasikan secara baik kegiatan yang telah dilangsungkan
tersebut. Dokumentasi karya ini hanya rekaman pertunjukan berupa video dari
kaset VHS, namun saat ini kaset VHS tersebut sudah tidak bisa diputar kembali
secara utuh, hal ini disebabkan pita kaset yang sudah berjamur dan menggumpal dan
melekat.
Pertunjukan teater berjudul “Umang-Umang”.
Pertunjukan
ini menggunakan lakon dari penulis Arifin C Noer, penulis berkebangsaan
Indonesia yang terkenal dengan kelompok Teater Kecil. Pertunjukan ini disutradarai
oleh Syuhendri dan ditampilkan di Gedung Teater Tertutup Taman Budaya Padang
selama tiga hari, tanggal 14,15,16 Desember dan ditampilkan kembali pada
tanggal 30 Desember 1995.[3]
Pertunjukan teater berjudul “Kisah
Cinta Dan Lain-Lain”.
Pertunjukan
ini menggunakan lakon dari penulis Arifin C Noer, penulis berkebangsaan
Indonesia yang terkenal dengan kelompok Teater Kecil. Pertunjukan ini disutradarai
oleh Syuhendri dan ditampilkan di Gedung Teater Tertutup Taman Budaya Sumatera
Barat selama dua hari, tanggal 26-27 Juni 1997.[4]
Pertunjukan
teater berjudul “Kucak-Kacik”.
Pertunjukan
ini menggunakan lakon dari penulis Arifin C Noer, penulis berkebangsaan
Indonesia yang terkenal dengan kelompok Teater Kecil. Pertunjukan ini disutradarai
oleh Syuhendri dan ditampilkan di Gedung Teater Tertutup Taman Budaya Sumatera
Barat selama tiga hari, tanggal 10,11,12 September 1999.[5]
Pertunjukan
teater berjudul “Kapai-Kapai”.
Pertunjukan ini menggunakan lakon dari penulis
Arifin C Noer, Pertunjukan inidi sutradarai oleh Syuhendri dan ditampilkan di
Gedung Teater Tertutup Taman Budaya Sumatera Barat selama tiga hari, pada
tanggal 18, 19 dan 20 Agustus tahun 2000.
Pertunjukan teater berjudul “Pagi
Bening”.
Pertunjukan
ini menggunakan lakon dari penulis bernama Serafin dan Joaquin Alvarez Quintero
berkebangsaan Spanyol, pertunjukan ini sutradarai oleh Syuhendri, dan di
pentaskan di area terbuka dalam lingkungan Taman Budaya Sumatera Barat tanggal 9
November 2001.[6]
Pertunjukan teater berjudul “Pada
Suatu Hari”.
Pertunjukan
ini menggunakan lakon dari penulis Arifin C Noer, pertunjukan ini disutradarai
oleh Syuhendri, dan ditampilkan di Gedung Olah Seni Taman Budaya Riau Kota
Pekanbaru pada tanggal 6 Juli tahun 2002.[7]
Pertunjukan teater berjudul “Negeri
Yang Terkubur”.
Garapan ini menggunakan lakon yang ditulis
oleh Zurmailis, pendiri KSST Noktah dan disutradarai Syuhendri. Garapan ini
telah dipentaskan di beberapa kota di Sumatera, yakni; pada tanggal 30 Oktober
2002 di Gedung Bestanoel Arifin Adam ISI Padangpanjang, tanggal 16 Agustus, 2003 di Gedung Teater Arena Taman
Budaya Jambi, tanggal 19 Agustus 2003 di Gedung Teater Taman Budaya Bengkulu,
kemudian pada tanggal 23 Agustus 2003 di
Gedung Teater Tertutup Taman Budaya Lampung.[8]
Pertunjukan teater berjudul “Oidipus”.
Pertunjukan
ini menggunakan lakon dari penulis Andre Gide berkebangsaan Prancis. Pertunjukan
ini disutradarai oleh Syuhendri dan dipentaskan di Gedung Teater Tertutup Taman
Budaya Sumatera Barat selama tiga hari, dari tanggal 28, 29, dan 30 Mei tahun 2004.[9]
Pertunjukan teater berjudul “The
Police”.
Pertunjukan
ini menggunakan lakon dari penulis bernama Zlavomir Mrozek berkebangsaan
Polandia. Pertunjukan ini disutradarai oleh Syuhendri dan ditampilkan di Gedung
Teater Tertutup Taman Budaya Sumatera Barat pada tanggal 20 Maret 2005.[10]
Pertunjukan teater berjudul “Perempuan
itu Bernama Sabai”.
Pertunjukan
ini menggunakan naskah yang ditulis dan disutradarai oleh Syuhendri. Di
tampilkan tanggal 6-7 Agustus 2005 di Pelataran Terbuka Taman Budaya Sumatera
Barat, kemudian pada tanggal 13 Agustus 2005 ditampilkan kembali di Tapian
Nagari Balingka, Kabupaten Agam.
Pertunjukan teater berjudul “Rumah
Jantan”.
Pertunjukan ini menggunakan naskah yang
ditulis dan di Sutradarai oleh Syuhendri. Ditampilkan di Gedung Utama Taman
Budaya Sumatera Barat pada tanggal 25-26 Juni tahun 2009.
Pertunjukan teater berjudul “Tanah
Ibu”.
Pertunjukan ini menggunakan naskah yang
ditulis dan disutradarai oleh Syuhendri. Ditampilkan di Gedung Teater Utama
Taman Budaya Sumatera Barat pada tanggal 27 Oktober tahun 2010
Pertunjukan teater berjudul “Wanita
Terakhir”.
Pertunjukan
ini menggunakan naskah yang ditulis oleh Wisran Hadi , penulis dari Sumatera
Barat. Pertunjukan ini ditampilkan di Gedung teater Utama Taman Budaya Sumatera
Barat pada tanggal 16 November tahun 2011.
[3] Berdasarkan tulisan Yusrizal KW, “Teater Noktah dan Kursi Tergantung”,
Koran Harian Haluan: Padang tanggal 2
Januari 1996 (dokumentasi pribadi
Syuhendri).
[4] Berdasarkan tulisan
Yusrizal KW, “Misteri Anjing Teater Noktah”, Koran Harian Haluan;Padang,
tanggal 1 Juli 1997 dan tulisan Orde Barta Ananda, “Arifin C Noor Mengirim
Surat Cinta Pada Syuhendri”, Koran Harian Haluan; Padang tanggal 8 Juli 1997.
[5] Berdasarkan tulisan S Metron,”Pementasan Teater Noktah; Menggenggam
Awan”, Koran Mingguan Merapi tanggal 3-9 November 1999 dan Ivan Adilla,
“Pencarian Eksistensial Yang Tertindih”, Koran Harian Mimbar Minang, tanggal 18
September 1999.
[6] Berdasarkan tulisan Yurnaldi,” Ketika Mereka Berpentas di Bawah Pohon”,
Koran Harian Kompas, tanggal 14 November 2001 dan tulisan Ode Barta Ananda,”
Suhendri mempertunjukkaqn Cinta”, Koran Harian Padang Ekspres, tanggal 31
Oktober 2001.
[7] Berdasarkan tulisan Beranda DKR, “ Teater Noktah Persembahkan Pada Suatu Hari”, Koran Harian Riau Pos pada
tanggal 6 Juli 2002.
[8] Berdasarkan tulisan Ode Barta Ananda,” Menyigi Minangkabau Lewat Negeri
Yang Terkubur”, Koran Harian Padang Ekspres tanggal 17 Agustus 2003, tulisan “
Teater Noktah Manggung di Taman Budaya Lampung”, Koran Lampung Post tanggal 21
Agustus, 2003, Tulisan “Malam ini, Pesona Teater 2003 di Tutup”, Koran Harian
Jambi Ekspress tanggal 16 Agustus 2003, dan Tulisan “ Malam Ini Teater Noktah Pentas di Taman Budaya”, Koran
Harian Rakyat Bengkulu tanggal 19 Agustus 2003.
[9] Berdasarkan tulisan Ganda Cipta,
“ Oidipus Dalam Pementasan Teater; Perlawanan Takdir Seorang Raja”, Koran
Harian Singgalang, tanggal 27 Juni 2004.
[10] Berdasarkan tulisan Nanang, “ Lemparan Granat untuk Seorang Jenderal”,
Koran Harian Padang Ekspres tanggal 23 Maret 2005.