Memahami Tata Cahaya dalam Seni
Pertunjukan
Oleh : Din Saaduddin
Mengetahui dan memiliki perspektif
dalam memahami mengenai penataan cahaya untuk sebuah pertunjukan perlu
dilakukan. Hal ini dilakukan agar terdapat kerangka yang sama dalam memahami
dunia yang satu ini. Sering kita para pelaku seni terlibat pada berbagai
kegiatan seni yang membutuhkan bantuan tambahan pencahayaan sebagai kelengkapan
sebuah pertunjukan. Bahkan tidak jarang “kepenataan cahaya” begitu mendapat
tempat, sehingga memiliki nilai tambah tersendiri bagi mereka yang menekuninya.
Namun, elemen yang satu ini jarang diketahui sebagai sebuah disiplin ilmu, dan
seringkali disamakan dengan “tukang” dan bukan sebagai seorang desainer ataupun
sebagai perancang yang berdiri otonom di sebuah produksi (pertunjukan).
Menata lampu pertunjukan
merupakan sebuah profesi kerja yang baru dikenal, tapi keahlian ini sudah lama
ada di dalam pertunjukan-pertunjukan di zaman Yunani. Perlu diketahui, bahwa
pada zaman ini dalam pencahayaan tersebut menggunakan cahaya pertunjukan yang
paling terbaik di dunia ini-yakni cahaya matahari dengan cara menangkap cahaya
yang dikeluarkan oleh matahari pada waktu pagi hari ataupun pada sore hari.
Tapi tidak banyak cahaya yang dapat dikontrol untuk diarahkan menuju panggung.
Hal ini disebabkan pada zaman tersebut penggunaan cahaya hanya menggunakan
cermin perunggu.
Bila kita menarik masa yang
lebih jauh ke belakang, maka di zaman ketika manusia menetap di gua-gua sebagai
tempat tinggal, dan manusia mulai melakukan kegiatan pengisi waktu di malam
hari dengan berkumpul di depan sebuah perapian dengan menceritakan kisah-kisah
perburuan, hal ini merupakan langkah awal dalam memahami bagaimana pencahayaan
telah dimulai diterapkan dalam aktifitas keharian manusia-manusia gua tersebut.
Manusia-manusia gua dengan bercerita mengenai aktifitas perburuan kemudian menggunakan cahaya dari api
perkemahan mereka yang kemudian
difungsikan sebagai penarangan kepada sesoarang (narrator) yang bercerita
tersebut sebagai bagian dari penampilan mereka, hal inilah yang dapat dikatakan
sebagai proses imitasi dari kehidupan yang kemudian terus berkembang sesuai
dengan fungsi pada kehidupan manusia selanjutnya. Secara tehnik, pada kehidupan
manusia gua, si tukang cerita berusaha untuk berdiri menutupi sumber cahaya
dengan menempatkan posisi dirinya diantara para penonton, tehnik dan langkah
awal yang manusia gua lakukan tersebut, tentu jauh dari sebuah kerja ideal
pencahayaan hari ini yang begitu didukung dengan berbagai peralatan lampu yang
begitu modern, yakni adanya sebuah disain pencahayaan.
Istilah Tata Cahaya dapat juga
disebut dengan tata lampu panggung, namun untuk hal ini, pemahaman tersebut
mengandung pengertian yang sangat luas sekali. Dengan teknologi yang semakin
berkembang di dalam tata lampu panggung, maka setiap panggung, setiap
instrument yang ada memberikan corak dan warna yang berbeda di dalam penataan
dan memfungsikan berbagai instrument tersebut. Namun, secara prinsip Tata
Cahaya mengandung prinsip yang saya kira memiliki kesamaan. Yakni komposisi.
Menata cahaya ibarat melukis sebuah
kanvas lukisan. Yang perlu dilakukan
secara terus menerus hingga menghasilkan gaya tertentu berdasarkan latar
belakang pengetahuan si penata.
Seorang penata cahaya memiliki
kedudukan yang begitu penting di dalam tim artistik di sebuah pertunjukan. Ia
memiliki hubungan dengan unsure artistik lainnya seperti; penata set/scenery,
penata kostum/wardrobe dll. Seorang penata cahaya juga mutlak mendiskusikan konsep
dari disain pencahayaan dengan memperhatikan elemen kostum dan set (scenery)
yang dibuat.
Kepenataan cahaya adalah salah satu
point terpenting di dalam produksi kesenian (dalam hal ini produksi teater). Dengan
unsur pencahayaan, maka sebuah pertunjukan dapat dibuat suasana secara konstan/
datar atau bahkan dapat juga membuat perubahan pada keseluruhan pertunjukan, seperti
membuat stimulasi estetis tertentu pada bagian yang memiliki penekanan
dramatik, Pada aspek yang lebih esensial,
dengan pencahayaan, maka ini dapat merubah setiap momen-momen tertentu di dalam
pertunjukan. Dan ketika kita menangani kerja kepenataan cahaya ini dengan penuh
totalitas dengan seluruh kemampuan yang kita miliki sebagai seorang penata
cahaya, maka ketahuilah hal itu akan membuat pertunjukan memiliki daya tarik
kehidupan hidup yang penuh energy dan semangat. Perlu diketahui, di dalam
pencahayaan cahaya, bukan tergantung dengan banyaknya alat dan canggihnya
instrument serta jenis lampu yang kita miliki. Tetapi tergantung dengan
bagaimana kita melakukan penataan cahaya tersebut.
Penataan cahaya tersebut dapat
dilakukan hanya dengan satu lampu, dua lampu, atau bila perlu mungkin dengan
beberapa ratus spotlight, floodlight ataupun moving light yang ditempatkan di pipa batern tiang penyangga ataupun
panggung, tetapi bila penggunanya belum mengetahui prinsip dalam pencahayaan
(baik panggung maupun non panggung) maka segala peralatan yang banyak tersebut
akan mubazir saja. Untuk prinsip dalam pencahayaan tersebut akan diulas dalam
artikel selanjutnya. Salam kreatifitas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar